Selamat datang di dunia RANGKA JARING ANGAN

Sebuah persembahan pada tingkat teratas dalam cinta...
selamat datang di dunia RANGKA JARING ANGAN...

Rabu, 04 Februari 2009

saya bahkan tidak pernah tahu apa-apa tentang itu

Saya ingin berhenti menapak jalan dalam raga yang teraba pekat gulita memayungi.Saya ingin membenamkan kail menuju redup belati sukma, bahkan ketika alam raya menyeruak masuk dalam lepas tangis terlemparkan itu..
Saya mulai merasa muak dengan topeng yang menutupi wajah itu hingga tenggelam karenanya. Topeng penutup wajah milik Sang Ratu yang menyandarkan diri di atas bahu penuh pergelakkan. Buram itu terukir benar dalam wajah terderakan atap terkasihani. Pudar dalam nampak ketiadaan...
Piris hati itu terkuatkan untuk kemudian merejang asa dalam nadir kebisuan...
DIam tidak tertanyakan , menanti raga yang terlarut itu kembali dalam pijar lapuk kesetiaan...

Saya bahkan tidak pernah tahu apa-apa tentang itu...
Tentang rasa milik sang pecinta kasih yang tertautkan hati pada degup jantung palsu penuh ringkih tak terperih...
Tentang insan yang sedang ternaungi kasih di tepi rindu dalam sayup tawa senja kemarin sore...
Tentang diri yang terhantui bisik dalam pilar hati terhempaskan...
Tentang raga dari pinta hati seorang kekasih...
Tentang wajah yang terpancarkan dalam hening bisu mendekap sukma...
Saya bahkan tidak pernah tahu apa-apa tentang itu...


lilin milik sang pematik kian padam, menelusup dalam degup asa diri yang terlegamkan ini.

Tenang saja, sayang... apa yang saya suka sudah tentu sangat jauh dari apa yang kamu miliki sekarang. Bahkan untuk sekedar meraih pun saya enggan...
HARUS APA SAYA INI???
Mengatakan pada Kamu... Dia... atau mungkin anda bahwa ketidaknormalan itu masih kian melekat dalam diri yang terluntakan nasib ini? meregam arah dalam keping nadir sebuah penantian???
Atau saya harus menepi kasih dalam jalur renda ternaungi kebisuan?

jika iya... kamu tenang saja, beibh... Saya tidak akan lantas menampakkan diri dalam mata hatimu yang sedang tertautkan raga seorang Adam... ah, kiranya kamu tahu bahwa selera lain yang lebih tinggi amat sangat memikat daripada sebongkah cetak foto dalam dompet di ujung dalam tas itu.... Tabur bintang malam itu menguak diri yang sedang menitikkan perih hati dalam penyesalan terlewatkan...
sekali lagi, saya hanya ingin membuat kamu menjadi jauh lebih tenang, karena selera saya jauh lebih tinggi dari kamu, sayang.... huhuhhu....

Untuk kamu yang sedang membaca... jangan pernah berpikir bahwa jejak tulisan ini tertorehkan untuk kemudian tertuju pada kamu. Tenang saja... itu bukan Kamu... bukan Kamu yang saya maksud. Jangan bersikap dalam reka gelap ternaungi tebak hati menerka... Jangan bersikap seolah kamu tahu apa yang saya tulis... jangan bersikap seolah kamu begitu mengenal saya hingga lantas tersadar bahwa tulisan ini tertujukan untuk kamu...
JANGAN!!!!!!!!!!!!!!
karena pedih hati tertautkan ini akan segera kembali menuju peraduan dalam lekang waktu yang terhempaskan. Meniti perlahan tabir yang menyentuh raga dalam kelam asa pencarian...

Bukan hanya Kamu.... Tapi KAMU juga yang seolah mengerti bahwa semua ini tertujukan padanya... Bukan DIA... Bukan KAMU... apalagi ANDA... tapi Kamu yang sedari tadi saya katakan sebagai KAMU....
Berhenti menerka dalam penat...

karena saya begitu muaknya menatap topeng penuh kepalsuan dalam jelaga rasa yang ternaungi. Berhenti mendekat ke arah saya... berhenti menatap saya dengan pandangan seolah saya akan meraih...

karena tulisan ini tertujukan untuk kamu, beibh.... HAHAHAHAH... hanya kamu, Saya dan Tuhan yang Tahu...!!!!!!!!

BERPIKIRLAH... jangan menerka bahwa bukan KAMU yang saya sebut di sini... jangan berpikir bukan KAMU Yang sedari tadi saya panggil beibh... jangan berpikir bahwa bukan KAMU yang membuat diri ini semakin MUAK karenanya... Iya... itu KAMU... Kamu yang melontarkan kata dalam benak yang tidak terkatakan... KAmu yang menajamkan tatapan mata itu sesaat setelah diri ini mengucapkan sesuatu... KAMU yang menyamar dalam topeng ketenaran... membuat rentang masa peralihan... mengatasnamakan keterpurukan dalam tabir pesona terabaikan....

iya... itu KAMU...

Belum sadar juga? Kamu harus bangun, sayang... menatap kata yang terangkai dalam butir rasa ketidaknormalan ini... menusuk relung tenggelamkan batas peraduan dalam sukma jiwa yang tersaji indah...

Sudah tersadar??? AKhirnya kamu tahu bahwa memang KAmu yang sedari tadi saya sebut... Tidak apa kan menyebut Kamu dalam huruf yang tertorehkan ini?? Tenang saja.... mereka juga tidak lantas tahu. Begini saja... besok ketika senja menjemput, saya bawakan sebuah cermin kecil agar kamu mampu berkaca menatap bayangan yang merefleksikan jelas wujud dirimu sebenarnya... setelah itu, saya hanya akan menatap kamu sambil tersenyum tanpa sakit rasa yang sempat terhunus tajam. Saya tidak membiarkan dendam itu melumat diri ini lebih lama lagi...

Saya senang akhirnya kamu tersadar tanpa perlu sibuk menerka hingga reka yang tertebak itu ragu terlegamkan pilu hati...

tenang saja, karena saya bahkan tidak pernah tahu apa-apa tentang itu...
Iya... karena saya bahkan tidak pernah tahu apa-apa tentang itu...
Huff... Karena
Fiuh... KARENA SAYA BAHKAN TIDAK PERNAH TAHU APA-APA TENTANG ITU....

Sabtu, 03 Januari 2009

Saya sedang tidak ingin JATUH CINTA lagi, Tuhan...


Diri ini... bersiap mengucapkan selamat tinggal pada Sang Aku...
berterimakasih pada Sang penyamar atau entah siapa yang telah menjadikan diri ini tersadari bahwa Sang Aku hanyalah sebuah asa nelangsa dalam penantian...
...
...
Saya sedang tidak ingin JATUH CINTA lagi, Tuhan...

Buntu merajai dalam selimut luka bernadirkan sebuah pengharapan yang teratapi...
Jiwa yang tertipukan sukma penelaah rasa ini, tersadarkan peluh kasih tak tersadari...

Saya sedang tidak ingin jatuh cinta lagi, Tuhan... karena saya sedang dalam proses pencarian sebuah kehidupan normal dalam ketidaknormalan yang mendominasi... diri ini sudah terkontaminasi... terserang virus maha dahsyat yang bahkan saya tidak tahu apa, menjadikan diri ini begitu ingin menghilang sejenak dari peraduan masa

Saya sedang tidak ingin jatuh cinta lagi, Tuhan...

karena saya sedang ingin kembali pada sebuah masa ketika saya belum sadar akan ketidaknormalan yang hinggap mematah arang dalam sulam jemari terbalutkan...

pikiran ini tercemari...
otak ini terkontaminasi...

jelaga hitam milik sang pematik tenggelam dalam rentang malam pendewasaan...
apa yang salah dalam diri ini?? benarkah ketidaknormalan ini begitu tabu di mata dunia? lantas ada apa dengan mereka yang normal sehingga bisa menjadikannya berada dalam lingkup kebenaran?? apa bedanya saya dengan mereka???

iya... beda!!!!

karena saya tak lantas mengikuti rentang alur kehidupan yang telah tercipta...
karena saya keluar jalur yang telah ditetapkan oleh mereka sang penentu kehidupan untuk menuju dunia yang lebih baik...

baik???? untuk siapa? untuk mereka yang mengaku diri mereka normal dengan segala ketidaknormalan mereka? atau saya yang jelas berfikir tidak normal dalam semua ketidaknormalan ini???

huff... ingin berhenti menghujat...
ingin berhenti mempermasalahkan...

hanya ingin berdiam di balkon kamar dalam temaram gelap langit yang mengangkasa di atas samudera penciptaan dunia...

Saya ingin MELARIKAN DIRI, TUhan!!!!! karena sudah tidak lagi tahu HARUS APA DIRI INI????? pergi ke psikiater adalah salah satu pilihan yang diajukan oleh teman2 saya, karena mereka bilang: saya sudah begitu tidak normal... mungkin mereka khawatir bahwa ketidaknormalan dalam diri ini akan menyebar hingga mengelabui impuls saraf yang bertendensi menuju ke arah penghancuran... terimakasih untuk teman yang mengusulkan ide bagus ini... tapi masalahnya saya tidak punya uang untuk pergi ke psikiater... saya hanya bisa bercerita dengan 'si bujang lapuk' di balkon kamar ini, setelah itu lantas saya tertidur dan terbangun keesokan paginya dengan mendapati diri ini terdiam sambil bergumam, "Adakah yang salah dengan diri yang tidak normal ini?'

Yang membuat saya heran, dengan adanya ketidaknormalan ini kenapa masih saja mendapat hujatan dari mereka yang normal? hey... tidakkah kamu yang normal tahu bahwa sudah jelas saya ini TIDAK NORMAL, jadi tolong jangan layangkan hujatan kalian mengenai sesuatu yang normal tentang ketidaknormalan ini.... atau mungkin mereka tidak tahu? huff... semoga saja setelah ini mereka lantas tahu. actionnya adalah: mereka akan berhenti menghujat???? atau akan kembali menghujat karena kali ini jelas mereka menyadari akan ketidaknormalan ini....

SAYA BENCI SEMUA TOPENG penutup wajah yang membungkam hati dalam peraduan tak bertepi.
SAYA muak dengan mulut yang acap kali tertepakkan dalam kelam hati...
Saya ingin PERGI, Tuhan.... ingin melarikan diri sejenak...
ingin berhenti memandangi topeng-topeng yang mengelabui di sana....
ingin hidup sendirian dalam bumi yang dipenuhi jelaga hitam milik sang pemakai topeng...

saya mencintai kesendirian ini... lekuk keheningan dalam padam sinar yang mengangkasa jelaga hati...
Saya mencintai kesendirian yang menjadikan diri ini begitu tidak sadar akan dunia di luar sana yang ternyata sedang menghujat.

Tahun 2009 menjadi awal tersadarnya diri yang sedang tidak ingin jatuh cinta lagi...lelah hati yang berkecamuk dalam pikiran ini hanya ingin menggerakkan jemari untuk kemudian terangkaikan kata menuju sebuah pengakhiran...

seorang teman lantas bertanya, "Kha... tidak kah kamu ingin kembali normal seperti dulu?"
Pikiran saya kembali bergulir lantas berpikir, hingga akhirnya saya tersadari... "Dulu??? DUlu itu kapan? karena saya baru sadar bahwa sebenarnya ketidaknormalan ini sudah menghinggapi jiwa yang rapuh ini semenjak hampir 7 tahun yang lalu"...

Saya tidak bermaksud menentang segala struktur yang ada... hanya saja diri ini tidak mampu meneguhkan hati dalam kerancuan pemikiran... saya dihadapkan pada satu perspektif baru di luar sana yang menjadikan diri ini tidak normal karenanya...

seperti yang diucapkan oleh seorang teman bahwa saya ini memang perempuan rapuh... terlihat begitu kuat namun kosong... Saya ini rentan dalam alam penghidupan... saya mudah ambruk... RAPUH tak terperih...

karena itu saya katakan padanya:
Saya memang RANGKA... yang tidak pernah terisi sepenuhnya meski hanya angin yang merasuk.
Saya memang JARING... yang sekali lagi tidak pernah tertutupi sepenuhnya, karena berlubang sehingga air tak lantas tertampung karenanya.
Saya memang ANGAN... yang hanya ada dalam pemikiran ini... menyulam makna yang tertuangi dalam alur nyata sebuah penghidupan...
karena saya memang... RANGKAJARINGANGAN....

Jumat, 02 Januari 2009

Aku sedang memikirkan 'SANG AKU' yang entah berada dimana dalam peluh kasih terbebani indah merasuk imajinasi

Aku sedang memikirkan 'SANG AKU' yang entah berada dimana dalam peluh kasih terbebani indah merasuk imajinasi

AKU... merajuk kesal ke arahmu sesaat setelah kamu datang dengan serangkai senyum palsu merajai.
AKU... termiris hati ke tepian rasa ketika wajah itu terpalingkan dalam satu kilat cahaya keterpurukan.
AKU... menatap berpengharapan pada asa yang terabaikan getir nadir cinta dalam satu naungan batas.
AKU... mencari sosok berbaju merah di atas dataran tinggi yang menjadikan diri ini melemah karenanya, sesaat sebelum dia menunjukkan raga dalam ungkap keagungan rasa.
AKU... menyimpulkan senyum ketika kata-kata terucap dari mulut yang tertepakan nelangsa penantian.
AKU... ragu melangkah saat kamu tidak nampak dalam acap riak penantian.
AKU... tak lekang terusung kedip bertautan menatap dalam ketika kamu menampakkan sosok yang terbebani indah dalam imajinasi.
AKU... menangis tertahankan terkuak rasa ketika diri ini melemah menyaksikkan SANG AKU dalam naungan cinta teralirkan.
AKU... diam dalam jelaga hitam nestapa meratapi asa penyesalan karena cinta telah datang menyambutku dalam serangkaian perih terhasrati.
AKU... meratap dalam cinta yang tak tersalahkan ketika tepis hati ungkap tanya dalam symfoni rasa terabaikan.
AKU... tersenyum indah menyaksikkan kamu dalam benak yang tidak tersajikan dalam rengkuh alam semesta.
AKU... menanti cinta dari sosokmu yang telah pergi sebelum mencintai dalam lekang penantian.
AKU... menatap indah hari ini hanya karena kamu menuntunku pelan dalam perjalanan riak menuju dataran rendah.
AKU... berterimakasih atas hari ini.
AKU... berharap waktu terhenti dalam batas riak penantian sebelum kamu pergi karena sebuah pengakhiran terwujudkan sesuatu bernamakan cinta.
AKU... terdiam menyesali indah merajuk sepi dalam nadir mata yang terarah untukku.
AKU... menyentuh rasa dalam indah yang terlekang dunia berbeda.
AKU... menyimpan rasa dalam terjal penantian.
mengulum hasrat dalam keabadian cinta, indah ternaungi regam tak terpeluhkan.
AKU... menanti dirimu dalam surga penantian berharap kamu datang dengan segenggam cinta yang tertorehkan.
AKU... tersadar dalam benak, tak terucapkan dalam reguk ketidakmampuan.
AKU... hanya ingin kamu tahu... bahwa kamu yang aku sebut sebagai 'SANG AKU'.
AKU... berharap kamu tersadarkan tulisan yang tertorehkan rasa bahwa kamu yang aku tulis sebagai 'SANG AKU'
AKU... berharap kamu mendengar teriakan mereka saat 'SANG AKU' terucap.
AKU... berdiri di atas asa penantian, tersiapkan diri mengucapkan selamat tinggal pada 'SANG AKU'
Diperuntukkan bagi 'SANG AKU' yang berada entah dimana... kata ini terucap sesaat setelah mata hati ini tertautkan raga seorang ADAM...

-Tika Sylvia Utami-
www.rangkajaringangan-xoxo
.blogspot.com

LELAKI ITU MEMILIKI KEKASIH

LELAKI ITU MEMILIKI KEKASIH

Satu kata yang tidak terkatakan
Tanamkan rasa dalam setiap benih percintaan
Mata yang terpaut Sesosok adam

Terhempaskan nyata..

Saksikan sesosok bernamakan kekasih… Datang
Tepiskan harapan… Menuju dasar palung
Riak tangis… Mengalir…
Sesakkan pilu tak terobati
Sinar cinta yang merasuk
Temaramkan diri dalam sosoknya.

Bahagia meski terperih,

Hempaskan rasa demi keutuhan
Aku ini…
... Perempuan...

Lekang tak termakan waktu
Tepis panah cinta
Demi acap kebahagian
Cinta untuknya…
Bahagia untuknya
Dalam riakan terperihku

Sabtu, 16 Agustus 2008

Saya tidak pernah benar-benar sekuat yang saya bayangkan… Tuhan!!!!!


Saya tidak pernah benar-benar sekuat yang saya bayangkan… Tuhan!!!!!

Hhh… lagi capek. Lagi sering2nya bolak-balik ke kampus, padahal masih libur. Bosan!!!! Gue sendiri nggak pernah tahu apa yang gue butuhin sekarang, karena semua yang gue butuhin rasanya nggak pernah cukup. Naluriah manusia sekali yang membuat gue belajar menerima.
Huff… sepertinya, saya tiba di satu titik dimana kebuntuan merajai. Saya bosan. Lelah… ingin mencari sesuatu tanpa sadar sesuatu yang begitu banyak di luar sana harus saya kerjakan. Ataukah karena mungkin saya terlampau banyak menerima sesuatu? Sehingga tanpa sadar impuls saraf saya bertendensi untuk tidak lagi bisa mendeteksi sesuatu yang menjadi?
Entahlah… intinya saat ini kebosanan melanda.
Sepertinya… saya memang tidak pernah benar-benar sekuat yang saya bayangkan, Tuhan…
Mereka di luar sana tertipu.
Tertipukah? Atau entah mereka yang menipu diri mereka sendiri?
Kenapa ENGKAU menjadikan diri ini sebegitu kuatnya, Tuhan???
Aku ingin menjadi seorang lemah yang terkatungkan dalam batin nasib penderitaan.
Aku ingin terkais dalam hening suara bumi
Tidak bisakah engkau berhenti menjadikan diri ini sebegitu kuatnya, Tuhan???
Terimakasih jika semua itu terjadi…
Karena… sepertinya, saya tidak pernah benar-benar sekuat yang saya bayangkan, Tuhan…
Saya terjatuh dalam dentum percikan tinta di atas kertas yang sebelumnya terngiangi. Harusnya saya tersenyum, karena Engkau mengabulkan doa ini, Tuhan… hhh…
Saya memang tidak pernah benar-benar sekuat yang saya bayangkan ternyata… bahkan ketika Engkau menjatuhkan diri ini hingga mengambang di atas samudera penciptaan dunia… saya tidak pernah sekuat yang saya bayangkan.
Huff…
Masih bersediakah Engkau mendengarkan jeritan hati diri yang terkapar rentan ini, Tuhan? Sepertinya sebuah harapan itu kembali muncul dalam bingkai nadir kepalsuan. Saya berharap… tetap berharap, meski pada sesuatu yang sangat tidak berpengharapan sekalipun.
Lalu untuk apa?
Apanya??
Berpengharapan pada sesuatu yang sangat tidak berpengharapan sekalipun? Bukankah itu sama saja dengan memutuskan untuk TIDAK BERHARAP SAMA SEKALI???
Entah apa yang ada dalam pikiran saya saat ini, tapi saya akan memilih untuk tetap berharap pada sesuatu meski pada sesuatu yang sangat tidak berpengharapan sekalipun, daripada TIDAK BERHARAP SAMA SEKALI. Dengan begitu, ada sesuatu di ujung sana yang saya tuju lantas membuat diri ini bertendensi untuk melakukannya ke arah sana dalam serangkaian momentum yang tetap terjaga pada sebuah naungan pencapaian diri. Bukan berarti saya ikut terkena Soekarno syndrome seperti ‘gantungkanlah cita-cita setinggi langit’. Tapi bukankah semua itu tidak penting? Dalam perjalanan ke arah sana kita akan melewati sebuah proses pencapaian diri dalam tempaan kehidupan. Agak miris sepertinya. Tapi terkadang kita jauh lebih membutuhkan semua itu daripada hasil akhirnya.

Selasa, 24 Juni 2008

Tuhan… Ijinkan Aku untuk Selingkuh!!!!

Tuhan… Ijinkan Aku untuk Selingkuh!!!!

Aku bukan

Tuak yang merangkak

….. menggelegak

Melata mencari kehangatan mentari

Terkaparkan batin nasib

……. Beralaskan penderitaan

Dalam kelam hitam

……. Pengkhianatan …….

Aku, Perempuan yang terpancarkan

….. dalam redup

…… sinar senja

Maafkan aku lelakiku…

Maafkan aku lelakiku…

Maafkan aku yang tidak pernah benar-benar mencintai kamu.

Baru 3 bulan lalu Aku memutuskan menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidupnya, ketika 3 minggu sebelumnya Ia memintaku menjadi belahan jiwanya। Butuh waktu 3 minggu untuk menjawabnya, semenjak 3 tahun yang lalu Ia melakukan hal yang sama meski tak lantas Aku hiraukan। Kini, sudah 3 bulan Ia menjadi Lelakiku dengan keraguan yang mulai mendera semenjak 3 hari menjalin hubungan dengannya, karena Aku masih mendambakan PELITA MALAMKU।

Kata-kata itu menghentakkan diri ini, menyatukan keheningan dalam suaranya. Seuntai kata yang Ia taburkan merengkuh jiwa ini, meresapinya dalam tabur hati, mengubah aura, dan menjadikannya asap kotor tak berlarik.

Saat itu adalah benar… AKU TIDAK PERNAH BENAR-BENAR MENCINTAI DIA… Sekali lagi, Maafkan aku yang tidak pernah benar-benar bisa mencintaimu...

Maafkan aku... LELAKIKU.

(Agustus 2007)


Terima kasih buat ucapan semuanya… tapi ada yang perlu diklarifikasi nieyh… gue belum resmi jadi PIMRED soalnya belum setijab. Jadi PIMRED masih dipegang sama K Dimas.

INTERMEZZO: buat yang kasih comment, jangan lupa tulis nama yaks, supaya gue tahu siapa yang kirim. thanks

Untuk kamu yang entah berada dimanna???????????????

Untuk kamu yang entah berada dimanna???????????????

Berawal dari kebencianku akan mencintai, berawal dari sebuah ikrar bahwa aku akan sejenak berhenti mencintai. Kini dia datang, membuka peluh belati kasih dengan pedang milik sang pemanah cinta.

BUKAN UNTUKKU…

Entah apa yang aku cari dari sekedar kata CINTA… mungkinkah hanya sebuah rangkaian huruf yang bisa digunakan sebagai sebuah pembangkit listrik bertenaga CINTA? Atau kesalahanku yang berani-beraninya terbenam dalam gelombang sinar CINTA?

Aku tidak ingin lebih sepertinya… terimakasih atas torehan cinta yang sempat kamu torehkan, menjadikan diri ini kembali bersedia mengucapkan SELAMAT DATANG kepada CINTA.

Bukan untukku…

Berharap TATAPAN itu diperuntukan bagiku. Berharap aku yang berada dalam sosok yang dituliskan olehmu. Berharap TOREHAN TINTA itu tertujukan hanya untuk aku, seandainya saja…

Seandainya saja, aku bisa mengisi sebuah bentuk kekosongan dalam dirimu… seandainya saja tulisan itu ditujukan untukku…

Terpaut singkap mata, terperosok alur legam cinta. Mengalun terjal… terpedaya ungkap hati. Erat tersingkap… melekat tersatukan. Semesta mengulum hasrat. Dalam percik keagungan rasa. Dengarlah ‘kamu yang entah berada dimanna’… aku ingin memelukmu, pagi ini… siang dan malam…

Tapi harapan itu hanya berada pada suatu harapan yang sangat tidak berpengharapan… melupakanmu itu HARUS… sebelum rasa menuai dalam cinta.

INTERMEZZO: kalo gue jadi burung yang sakit, gue akan setia nunggu burung yang pergi itu balik lagi…tapi kalo ternyata dia gak balik lagi, gue udah cukup bahagia. Paling nggak… dia pernah jadi sesuatu buat gue


Powered By Blogger

layout